SunSet Pesisir Laut Selatan Kebumen

SunSet  Pesisir Laut Selatan Kebumen
Kala senja di penghujung selatan pulau jawa, debur ombak, sepoi angin laut, hamparan pasir basah, biru dan semburat cahaya kuning di ufuk barat , sebuah bukti betapa indahnya ciptaan dan anugrah Mu untuk alam raya ini

MEMBESARKAN ALLAH SWT oleh Yusuf Mansur Network pada 17 Juni 2011 jam 14:09

Pernahkah kita membayangkan, dengan tanpa disangka-sangka, mendapatkan rezeki yang sangat melimpah yang tidak didapatkan oleh siapapun selain kita saja ? Atau cobalah bayangkan diri kita yang tadinya 'bukan siapa-siapa' lalu tiba-tiba diberi jabatan tinggi yang disegani dan dihormati orang lain di tempat kerja kita atau lingkungan kita, maka bagaimana perasaan kita tatkala itu? Apa yang akan kita lakukan tatkala itu? 


Akankah kita menyadari bahwa semua kenikmatan itu berasal dari Allah? Akankah kita bersyukur kepada Allah atas nikmat yang kita rasakan itu? Atau akankah kita tawadhu (rendah hati) terhadap orang lain yang tidak merasakan kenikmatan itu?

Atau yang terjadi malah sebaliknya, kita merasa bahwa kenikmatan yang kita rasakan itu semata-mata buah dari kecerdikan atau kemahiran kita, kita lupa atau pura-pura lupa bahwa kenikmatan itu dari Allah, lalu setelah itu kita pun membusungkan dada di depan orang lain?

Alangkah baiknya kita menengok akhlak yang mulia dari makhluk yang paling mulia, yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tatkala kota Mekkah jatuh ke tangan muslimin di suatu hari yang dikenal dengan nama Yaumu Fathi Makkah (hari penaklukan kota Mekah), bergeraklah beliau bersama puluhan ribu pasukan muslimin memasuki kota Mekah. Beliau akan bertemu dengan musuh-musuhnya yang dulu meludahinya, melemparinya dengan kotoran unta, mencekiknya, serta selalu menyakitinya baik dengan lisan maupun perbuatan.

Ketika itu, tidak diragukan lagi beliaulah pemenangnya dan pantaslah beliau ketika itu disebut raja Arab, karena hampir seluruh jazirah Arab di genggaman beliau. Akan tetapi bagaimana sikap beliau ketika itu tatkala memasuki kota Mekah? Beliau memasuki Mekah dalam keadaan tertunduk kepalanya, pandangannya tertuju ke bawah dan dagunya menempel di dadanya karena tawadhu kepada Allah. (Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim)

Subhanallah…Demikianlah sikap makhluk yang paling mulia sejagat alam, seorang Nabi, Rasul, ‘raja’ Arab ketika itu…
Karena itu sudah seharusnya kita tawadhu kepada Allah, tidak membusungkan dada atas nikmat yang diperoleh dan sadar bahwa seandainya bukan karena izin Allah dan rahmat-Nya tentu kita tidak akan meraih kenikmatan yang selama ini kita rasakan. Segala sesuatunya tidak akan terjadi bila tidak ada kehendak Allah, dan segala kenikmatan tidak akan pernah abadi dan membawa kebahagiaan hakiki, kecuali hati ditetapkan dalam iman serta keta'atan kepada Robb-Nya

Keteladanan pun mengalir dalam generasi pertama umatnya yang paling utama kekhalifahan Khulafa'ur Rosyidin, pernah terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab seorang wanita memprotes kebijakan beliau yang memerintahkan kaum wanita agar membatasi nilai mahar yang ditetapkan kepada lelaki yang datang melamar.


Alasan pembatasan itu, menurut Umar, karena sedang terjadi resesi ekonomi (masa paceklik). Lalu wanita tadi membacakan ayat Al-Qur’an di mana Allah memberikan kebebasan wanita untuk menetapkan nilai maharnya ketika dilamar. Maka Khalifah Umar langsung bekata:

”Astaghfirullah... Wanita itu benar dan Umar salah. Dengan ini saya cabut kebijakan yang baru saja saya keluarkan!” Subhanallah....!

Bayangkan, seorang pemimpin tertinggi rela mencabut kebijakan yang baru saja ia keluarkan hanya karena protes seorang warga-negara berupa seorang wanita! Tetapi, masalahnya di sini ialah bahwa wanita tersebut ber-hujjah ( dalil ) dengan bersandar kepada Yang Maha Kuasa. Sehingga sang khalifah tidak bisa bersikap selain tunduk kepada hujjah wanita tersebut. Sebab pada hakikatnya Umar bukan sedang tunduk kepada wanita itu, melainkan ia tunduk kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Benar. Hal ini selaras dengan arahan Allah mengenai bagaimana sepatutnya seorang yang menjadi bagian dari ulil amri minkum memimpin masyarakat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri minkum (para pemimpin di antara kalian). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS AnNisa ayat 59)

Pemimpin tertinggi dalam Islam berkewajiban menegakkan budaya mengembalikan segenap urusan kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah). Bila sang pemimpin itu sendiri lupa, maka masyarakat berhak sekaligus berkewajiban mengingatkan pemimpin tersebut untuk kembali kepada Allah dan RasulNya. Dan seorang pemimpin adil lagi berjiwa amanah seperti Umar bin Khattab rela mengalahkan egonya daripada menentang Allah dan RasulNya. Sebab pada asalnya setiap orang beriman selalu mengarahkan egonya untuk tunduk kepada Allah.
Kerendahan hati hanya mengakui Firman Allah SWT yang tertinggi, yang tidak dapat disetarakan oleh apapun, inilah keterangan nyata para teladan - teladan utama dalam mensyukuri Nikmat Allah dan tiada yang lebih besar dari pada Allah SWT.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."(QS Al-Ahzab ayat 36)

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

"Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir."(QS Al-Maidah ayat 44)

0 Response to "MEMBESARKAN ALLAH SWT oleh Yusuf Mansur Network pada 17 Juni 2011 jam 14:09"

Posting Komentar