SunSet Pesisir Laut Selatan Kebumen

SunSet  Pesisir Laut Selatan Kebumen
Kala senja di penghujung selatan pulau jawa, debur ombak, sepoi angin laut, hamparan pasir basah, biru dan semburat cahaya kuning di ufuk barat , sebuah bukti betapa indahnya ciptaan dan anugrah Mu untuk alam raya ini

DUNIA DAN TRANSAKSI DINAR oleh Yusuf Mansur Network

Sabtu malam, 11 Juni 2011, Forum Umat Islam Bogor menggelar acara Mabit dengan tema “The Future of Islam” di Masjid Raya Bogor. Tampil sebagai salah satu pembicara adalah Syekh Imran Hossein


Kemisikinan yang melanda Umat Islam tidak lain adalah buah Sistem Moneter yang dilancarkan IMF ke negeri-negeri muslim. Menurutnya Umat Islam harus sudah meninggalkan uang kertas dan beralih ke Dinar Dirham sebagai mata uang Islam.

“Uang dalam Quran adalah Dinar dan Dirham. Uang dalam Sunnah adalah Dinar dan Dirham. Ketika Dinar-Dirham terbatas jumlahnya, maka Dinar dan Dirham digunakan sebagai uang (nilai tukar) di Madinah. Barat menciptakan Internasional Monetary Fund (IMF). Dan IMF membuat peraturan sangat melarang pemakaan Emas (Dinar) dan Perak (Dirham) sebagai uang.” jelas Syekh Imran panjang lebar

“Anda mengambil kertas, memberinya gambar, memberinya angka, memberikan suatu nilai fiktif, yang tidak benar, yang tidak riil, maka Anda telah membuat kekayaan dari nihil.” Tambahnya.

Sekalipun tinggal di luar Indonesia, Syekh Imran sudah mencermati mengapa Indonesia menjadi jadi miskin. “Karena uang kertas hari ini, adalah salah satu sebab Indonesia sangat miskin menderita.

Menurut Syekh imran, umat Islam sudah sepantasnya malu, karena kebodohannya yang terjebak pada penggunaan uang kertas dan mengabaikan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Agama ini sudah sempurna menciptakan mata uang bagi kejayaan umat.

Syekh Imran Hosein meminta Umat Islam untuk bangkit. Bangkit menyadari kekeliruannya selama ini karena diombang-ambing oleh sistem non Islam sebagai landasan kehidupan.
“Kita adalah pecundang yang menyedihkan,” ujarnya kecewa.


Umat Islam hanya akan bangkit lewat petunjuk dan tuntunan yang ada dalam agamanya sendiri, yakni Al Qur’an dan Sunnah.  Langkah pertama yang mesti dijalankan pada sektor ekonomi adalah didirikannya pasar mikro Islam di pedesaan.

“Anda harus membuat mikro market (pasar mikro) di pedesaan. Di dalam pasar mikro tersebut Anda harus melarang pemakaian uang kertas. Hanya boleh menggunakan uang sunnah, Dinar-Dirham.” sarannya.

Alasan pengarang buku 'The Importance of the Prohibition of Riba in Islam' itu adalah faktor keberkahan sebagai dampak dari sebuah transaksi Islam.

“Ketika Anda berjuang menggunakan uang sunnah, bukan hanya mendapatkan manfaat, tetapi antum akan diberkahi dan diberikan ampunan.” katanya

Selanjutnya, jika selama ini masih minimnya peredaran mata uang Dinar-Dirham, Syekh Imran menyarankan agar umat memanfaatkan beras sebagai alat jual beli, “Kalau ada kekurangan Dinar dan Dirham, Anda akan menggunakan padi/beras sebagai uang.”

Model pasar mikro ini, sambung beliau, harus secara cepat disebar ke berbagai pelosok pedesaan. “Ketika anda sudah menciptakan pasar mikro pertama di pedesaan, Anda harus bergerak dengan cepat menduplikasi, memperbayak pasar-pasar mikro tersebut ke pedesaan lainnya. Uang kertas akan dikelilingi oleh Dinar dan Dirham di pedesaan.”

Sebelum menyelesaikan pemaparannya, Syekh Imran berpesan agar umat Islam berbenah diri dan harus yakin bahwa umat Islam hanya akan berubah lewat tangannya sendiri, bukan orang lain.


“Masa depan Islam ada dalam ayat ini: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'd ayat 11, red.)” pungkasnya.

Pada acara yang dihadiri ratusan warga Bogor tersebut, Ulama kelahiran 68 tahun yang lalu ini menyatakan sistem dunia saat ini sudah dikuasai Israel.

“Israel sebetulnya sudah menguasai dunia sekarang, karena Israel menguasai Amerika Serikat. Tapi saat ini Israel menguasai dunia melalui belakang layar, besok tidak akan ada lagi layar.” Katanya dalam bahasa Inggris.

Jika situasi ini dibiarkan, Syekh Imran memprediksi bahwa kemunculan Dajjal sudah tidak akan lama lagi. Dajjal akan tampil seutuhnya dan umat Islam harus mempersiapkan diri.
“Ketika Israel menguasi dunia besok, seorang laki-laki akan tampil di Jerusalem dan mendeklarasikan dirinya adalah Al-Massih Sang Penyelamat.

Kehadiran Dajjal, lanjut Syekh Imran, akan paralel dan simetris dengan diwujudkannya Tatanan dunia baru atau New World Order lewat jalan penguasaan sistem Politik Zionis Israel yang tengah dilancarkan Israel ke seluruh umat manusia sampai detik ini.

“Dalam rangka menguasai dunia, Israel harus membangun kediktatoran politik universal kepada seluruh manusia.” Sambung pria yang memutuskan keluar dari Pemerintahan Trinidad dan Tobago pada tahun 1985 dan memilih hidup di jalan dakwah ini.


Mata uang Dinar sebagai alat transaksi alternatif
Disarikan dari Harian Republika

Menurut Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Iqbal Muhaimin, penyebab utama inflasi di Indonesia dan di dunia adalah penggunaan mata uang kertas. Kata dia, nilai mata uang Rupiah saat ini jauh lebih rendah dibandingkan mata uang Rupiah beberapa tahun lalu. Sedangkan, mata uang Dinar yang berbahan dasar emas tidak terpengaruh inflasi. ''Hal itu karena rupiah atau mata uang kertas lainnya tidak stabil. Sedangkan, dinar cukup stabil,'' kata pria yang juga aktif di komunitas masyarakat pengguna Dinar ini dalam seminar bulanan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) tentang kesiapan Indonesia dalam penerapan dinar dirham yang diselenggarakan di Bank Indonesia (BI), Selasa, (23/1). 

Iqbal menyebutkan, kelemahan penggunaan mata uang kertas juga ditunjukkan dalam industri asuransi. Hal tersebut terutama bila penggunaan mata uang kertas tersebut terjadi pada produk asuransi jangka panjang berjangka waktu lima tahun ke atas. Kata dia, produk tersebut cenderung merugikan peserta asuransi. 

Menurut Iqbal, kerugian tersebut disebabkan berkurangnya nilai klaim meskipun jumlahnya sesuai yang dijanjikan. Padahal, pihak peserta dan perusahaan asuransi telah melaksanakan kewajibannya, yakni peserta membayar iuran premi dan perusahaan membayar klaim pada akhir perjanjian. ''Ini disebabkan penggunaan mata uang Rupiah atau Dolar AS yang rentan terhadap inflasi. Nilai rupiah lima tahun lalu berbeda dengan nilai rupiah saat ini,'' kata pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Asuransi Bintang ini. 

Sebelumnya, Iqbal juga mencontohkan, terdapat seorang bapak yang membelikan produk asuransi pendidikan bagi putranya pada 1988 untuk membayar biaya kuliah. Saat itu, nilai klaim yang dijanjikan sebesar Rp 22,5 juta. Ketika kewajiban iuran premi bulanan telah lunas tahun ini, maka bapak tersebut mendapatkan klaim sesuai yang dijanjikan. Namun, kata dia, biaya kuliah sudah meningkat tajam dan klaim yang diterima tidak cukup untuk membayar biaya tersebut. ''Ternyata, separuh pun tidak cukup. Kenapa tidak cukup? ternyata karena nilainya tidak tetap,'' katanya. 
Menurut Iqbal, kasus bapak tersebut seharusnya dapat dicegah bila produk asuransi berjangka waktu panjang menggunakan dinar. Hal itu karena dinar terbuat dari emas sehingga nilainya pun cenderung lebih stabil dibandingkan mata uang negara mana pun. ''Intinya produk asuransi syariah harus berbasis pada keadilan,'' katanya.

0 Response to "DUNIA DAN TRANSAKSI DINAR oleh Yusuf Mansur Network"

Posting Komentar